ketika orang-orang Arab menyalin khat (huruf, tulisan) dari suku Suryani dan Nabthi, itu masih tanpa titik. Tuisan-tulisan Suryani pun hingga sekarang masih seperti dahulu; tanpa titik. Awalnya, orang-orang Arab juga sama seperti mereka; menulis tanpa titik. Hingga kira-kira pertengahan abad pertama (hijriah), khat Arab memasuki pemerintahan Hajjaj bin Yusuf ats Tsaqafi, yang dilantik pada tahun 75-86 H oleh Abdul Malik bin Marwan sebagai gubernur Irak, orang-orang sudah mampu membedakan huruf yang bertitik dari yang tidak bertitik.
Pemberian titik ini terjadi berkat jasa yaya bin Ya’mur dan Nashr bin ‘Ashim, dua orang murid Abul Aswad ad-Duali. Demikian pula dengan peletakkan titik pada al-Quran. Adalah Abul aswad ad-Duali yang mendengar seseorang membaca ayat ke- 3 surat at-Taubah dengan: Annallaha Barîun Minal Musyrikina wa Rasulihi. Padahal, apabila kalimat: Wa Rasulihi dibaca kasrah, berarti ia di-athaf-kan kepada Musyrikin, sehingga makna kalimat tersebut menjadi: Allah berlepas diri dari (perbuatan) orang-orang musyrik dan rasul-Nya. Namun, apabila kata rasul itu dibaca dhammah (yakni, Rasuluhu), maka ini berarti bahwa Allah dan rasul-Nya berlepas diri dari (perbuatan) orang-orang kafir.
Abul Aswad ad-Duali berkata dalam hati, “Aku tak menyangka kalau (bacaan) orang-orang sampai separah ini (mereka membaca kata Rasuluhu dengan meng-kasrah-kannya menjadiRasulihi)”
(Setelah mendengar bacaan tersebut), dia langsung menemui Ziyad bin Abih. Sebelumnya, Ziyad bin Abih, yang pada tahun 50-53 H menjabat wali kota Kufah, pernah meminta kepada Abul Aswad untuk membuat sebuah kaidah dan petunjuk dalam cara membaca al-Quran, namun Abul Aswad tidak menerima permohonannya. Tetapi, ketika mendengar sendiri bacaan yang salah itu, langsung saja dia bertekad untuk memenuhi keinginan Ziyad bin Abih, seraya berkata, “Aku ingin memenuhi keinginan Anda, tapi harus disediakan orang yang pandai menulis (untuk meng-i’rab al-Quran) bagiku, agar mereka menuliskan apa yang kukatakan kepada mereka.”
Ketika orang-orang membawakan seorang penulis dari suku ‘Abd Qubais kepadanya, Abul Aswad tidak menerimanya. Setelah itu, mereka membawa orang lain yang selalu mendengar perkataan Abul Aswad, dan dia pun menerimanya dengan senang hati. Abul aswad berkata kepada si penulis, “Setiapkali kau lihat mulutku terbuka untuk mengucapkan suatu huruf dengan suara fathah, maka letakkanlah satu titik di atas huruf itu. Dan setiapkali kubuka mulutku dengan suara kasrah, maka letakkanlah satu titik di bawah huruf itu.”
Ibnu Abbas menambahkan,”Abul Aswad berkata kepada si penulis, ‘Setiapkali kau lihat kaidah yang saya ucapkan dengan nada dengung, maka letakkan dua titik,’” Penulis itu melakukan sebagaimana diperintahkan kepadanya.
Setelah peletakkan titik (pada al-Quran) dengan penjelasan sebagaimana disebutkan di atas, orang-orang lalu meletakkan tanda harakat-harakat al-Quran. Tapi, pada umumnya mereka meletakkan titik-titik itu dengan warna yang berbeda dengan kalimat-kalimat al-Quran. Kebanyakan warna titik-titik itu merah dan warna-warna lain.
George Zeidan berkata, “Kami pernah melihat al-Quran (dengan khat) Kufi di perpustakaan Mesir, yang memiliki ciri-ciri seperti disebutkan, dan al-Quran itu didapatkan di Masjid Jami Amr bin Ash. Al-Quran itu adalah al-Qurang yang paling kuno di dunia, yang memiliki lembaran-lembaran sangat besar. Kata-kata al-Qurannya ditulis dengan tinta hitam dengan titik-titik berwarna merah. Titik yang berada di atas huruf-huruf kalimat al-Quran adalah tanda fathah dan titik yang berada di depan huruf-huruf kalimat al-Quran adalah tanda dhammah. Dan al-Quran inilah yang sama dengan apa yang telah dijelaskan dan disusun oleh Abul Aswad ad-Duali.”
Jalaluddin al-Suyuthi berkata, “Al-Quran yang sekarang ini ada di tangan masyarakat umum dan (di dalamnya) terdapat harakat-harakat yang jelas adalah al-Quran yang telah dikeluarkan dan disusun oleh Khalil bin Ahmad al-Farahidi; fathah-nya berbentuk garis memanjang dan berada di atas huruf. Kasrah-nya sama seperti itu (garis memanjang) namun terletak di bawah huruf. Sementara, dhammah-nya berupa wawu kecil yang berada di atas huruf dan tanwin-nya ditandai dengan dilipatgandakannya harakat.
Selasa, 01 Maret 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar